Live Radio Streaming
Post info
Labels: ASN, Berita, Bintal, Bupati Brebes, Halal Bi Halal, Pendopo Brebes, PNS
Comments 0
Author: topfmbumiayu
Salah Satu Ciri
Orang Takwa, Berjalan Hati-hati
Rais Suriah PBNU
KH Subhan Makmun menjelaskan, melewati Ramadhan maka mengingajk bulan syawal,
bulan peningkatan. Semasa Ramadhan dituntun oleh Allah SWT menjadi orang yang
takwa melalui puasa. Orang beriman yang telah mencapai derajat takwa,
diantaranya ketika menjalani kehidupannya selalu berhati-hati.
“Puasa pada umat
yang dahulu juga ada, tiada.lain dengan tujuan untuk mencapai derajat takwa,”
kata Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi Brebes pada Halal Bihalal
dan Pembinaan Mental PNS Brebes, di Pendopo Bupati, Jumat (14/6).
Kiai
menerangkan, dalam tafsir Ibnu Kasir bahwasanya Sahabat Umar mengambil sikap
apa yang harus dilakukan ketika berjalan di jalan yang banyak duriya, tentu
bersiaga, berhati-hati. Kalau orang takwa, cirinya ketika berjalan
berhati-hati. Yakni mementingkan keselamatan diri sendiri dan orang lain tidak
serampangan, apalagi sembrono.
Seperti halnya
Lebah, ketika hinggap di dahan mana saja, tidak merusaknya.
Seorang mukmin orang
yang bertakwa pun demikian, harus pandai mewujudkan kehidupan yang bermanfaat.
Khoerunas anfahulinas, bukan khoerunas anfahu lahu. Manfaat untuk semua
manusia, bukan untuk lahu atau golongannya sendiri saja.
“Sebaik-baik
manusia adalah yang bermanfaat bagi
orang lain, Nas itu, majemuk, untuk siapa saja baik itu orang nasrani, hindu,
budha dan manusia lainnya,” tandas Kiai
Kharismatik di Brebes ini.
Bila pemahaman
Islamnya dangkal, tentu akan ada pemaksaan kehendak. Seakan-akan dunia miliknya
sendiri, tidak rahmatan lil alamin.
Orang yang
bertakwa akan selalu mendatangkan kebaikan kepada orang lain. Punya ilmu
diamalakan ke orang lain maka ilmu tersebut bermanfaat. Bupati yang menetapkan
kebijakan yang mendatangkan kebaikan orang lain maka Bupati bermanfaat.
Demikian juga dengan karyawan bila membawa kebaikan kepada orang lain juga
artinya kedudukannya bermanfaat.
Kiai Subhan
mengungkapkan kalau halal bihalal tidak menjadi tradisi dijaman Nabi Muhammad.
Tetapi pada intinya ada pada saat jaman Rasulullah terbukti Nabi menegaskan
kalau kedua muslim berjabat tangan maka akan diampuni dosa-dosanya kedua orang
tersebut. Dan juga tidak boleh ada pertengkaran hingga tiga hari lamanya.
Termasuk penghormatan kepada tetangga, kepada tamu-tamu.
Di mekah tidak
ada takbiran seperti di Indonesia saat Idhul Fitri, di Maroko juga tidak ada
malam takbiran. Saudi dan Maroko tidak ada takbiran,
Maka jangan
bangga dengan Arabnya, karena kebudayaan Islam di Indonesia lebih hebat.
Masyarakat Islam Indonesia mampu mengejawantahkan kebudyaan Islam. “Kalau
Sumber ilmu ada di Mekkah, Gudang ilmu ada di Mesir sedangkan Amaliyah ada di
Indonesia,” tandas Kiai Subhan.
Contoh lain,
muliakanlah tamu, tetapi di Arab tidak ada istilah tamu. Sangat mulia sekali
kebudayaan Islamiyah yang ada di Indonesia dalam hal menghormati tamu.
Sampai-sampai anak-anak Pramuka yang lagi jambore pun ketika membutuhkan sarana
mandi, langsung dipersilahkan oleh masyarakat setempat.
Halal Bihalal
juga telah dicontohkan Nabi Yusuf ketika mengumpulkan keluarganya disinggasana
kerajaan ketika Nabi Yusuf sudah menjadi raja, Meskipun dahulu di dzolimi oleh
saudara-saudaranya namun Nabi Yusuf memberi contoh untuk saling meminta maaf,
tidak ada lagi dendam.
“Tidak ada
saling salah menyalahkan, hari ini mari kita lupakan. Kita saling maaf memaafkan,” ujar Yusuf
dengan rendah hatinya.
Bupati Brebes Hj
Idza Priyanti SE MH memohon maaf lewat halal bihalal di Pendopo. Diharapkan
tali silaturahim antara atasan dan bawahan atau pimpinan dengan staf maupun
antara staf dengan staf saling maaf dan memberi manfaat sesuai tugas dan
kewajibannya masing-masing. (BS, Wsd/topfm)
0 comments:
Posting Komentar